Mengenal lebih dekat Bulu Seribu
Bulu Seribu merupakan salah satu jenis hewan laut dari kelompok Bintang Laut yang paling besar di antara jenis Bintang Laut lain. Bulu Seribu atau dalam istilah aslinyaCrown of Thorns Starfish tercatat keberadaannya untuk pertama kali oleh George Rumphius tahun 1705 yang kemudian oleh Corolus Linaeus (Bapak Taksonomi) diberi nama Acanthaster planci.
Sedangkan tubuh Bulu Seribu sendiri memiliki pewarnaan cukup beragam. Di Indonesia dapat ditemukan Bulu Seribu yang berwarna Biru, Ungu, Hijau, dan Keabuan. Di negara lain seperti Thailand, Bulu Seribu cenderung berwarna Merah dan Abu-abu yang juga sama ditemukan di Australia (The Great Barrier Reef), tetapi berbeda yang ditemukan di Hawaii, Bulu Seribu cenderung berwarna Hijau dan Merah. Walaupun memiliki keragaman warna, namun untuk penamaanya tetap hanya memiliki satu nama, Achantaster planci.
Mengapa Bulu Seribu punya banyak duri?
Selain memiliki variasi warna, Bulu Seribu juga memiliki variasi jumlah lengan yang berjumlah antara 8 – 21 buah lengan, variasi madreporit 3 – 16 buah dengan anus yang bervariasi juga (1 – 6 buah). Sedangkan kulit tubuhnya sendiri terdiri dari kandungan bahan Magnesium Calcite. Di atas permukaan kulit itulah, tumbuh duri-duri dalam jumlah banyak dan menyelimuti di hampir seluruh permukaan kulitnya. Duri-duri ini merupakan salah satu bentuk pertahan dari Bulu Seribu terhadap pemangsanya. Di bagian duri tepatnya di bawah selapis kulit, terdapat racun yang bersifat anti pemangsa. Racun ini sendiri merupakan suatu bentuk protein yang sering dinamakan dengan zat saponin. Pada manusia yang secara tak sengaja terkena duri maka akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa, gatal-gatal, ataupun melepuh pada bagian kulit yang tertusuk duri Bulu Seribu.
Sama seperti halnya rambut, duri pada Bulu Seribu tumbuh memanjang dari mulai pangkalnya. Pertambahan panjang ini diikuti dengan semakin gelapnya duri dari pangkal hingga ujung, sehingga pada duri dapat terlihat perbedaan warna gelap – terang yang cukup mencolok. Perwarnaan gelap-terang ini berkaitan dengan penumpukan zat saponin pada duri-duri Bulu Seribu.
Bagaimanakah Bulu Seribu berkembang biak?
Pada Bulu Seribu dibedakan menjadi jantan dan betina sehingga tidak dikenal adanya bulu seribu yang hermaprodit. Bulu Seribu betina dewasa yang berbobot 0,5 – 4 kg mampu menghasilkan telur sebanyak 4-6,5 juta telur dengan ukuran mencapai 0,2 mm. Proses kawinnya sendiri terjadi di luar tubuh, yaitu si jantan akan melepas sperma yang berukuran mencapai 0,5 mm di perairan dan juga dikuti oleh si betina dengan telurnya. Banyak ahli berpendapat jika proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh (eksternal) antara Bulu Seribu jantan dan betina dipengaruhi oleh keadaan geografis. Di belahan bumi utara terjadi pada bulan Mei – Juli dan di belahan bumi selatan pada bulan November – Januari. Namun, belum banyak diketahui untuk wilayah Khatulistiwa itu sendiri.
Lalu, bagaimana pertumbuhan Bulu Seribu?
Setelah telur dan sperma bertemu, maka Bulu Seribu akan mengalami dua fase pertumbuhan dalam hidupnya, yaitu :
Fase Plankton yang berusia hingga 16 hari dan dikuti metamorfosa.
Fase Pasca Metamorfosa yang merupakan fase terbentuknya Bulu Seribu muda.
Setelah umur 2 tahun, maka Bulu Seribu tersebut telah menjadi induk muda dan siap melakukan perkembangbiakan seperti pendahulunya.
Namun, pertumbuhan Bulu Seribu tak lepas dari faktor lingkungan tempatnya tinggal. Batas toleransi suhu maksimumnya sendiri adalah 33 derajat C dan minimumnya 14 derajat C. Sedangkan kecepatan tumbuhnya secara normal mencapai 26 mm/bulan untuk individu muda yang masih memakan rumput laut (algae), dan akan bertambah cepat ketika Bulu Seribu telah mulai memangsa karang.
Dimanakah Bulu Seribu hidup?
Bulu Seribu dapat dijumpai di daerah yang memiliki wilayah terumbu karang luas dan relatif terlindung dari hempasan ombak kuat. Biasanya ditemukan pada kedalaman 2 – 6 meter (sebaran vertikal), namun di Great Barrier Reef dapat ditemukan hingga kedalaman 65 meter!!!. Bulu Seribu memiliki cara unik dalam memperlakukan tubuhnya sendiri, hal ini berkaitan erat dengan regenerasi yang tinggi. Jika Bulu Seribu kehilangan sepertiga bagian tubuhnya, maka dengan cepat akan pulih kembali seperti sedia kala. Contohnya jika lengannya putus, maka bagian yang putus tersebut akan tumbuh kembali dengan kecepatan 25 mm/bulan.
Siapakah musuh alami Bulu Seribu itu?
Walaupun hampir tidak memiliki pemangsa karena kandungan saponin pada duri-duri disekujur tubuhnya, tetapi Bulu Seribu memiliki musuh alami juga. Pada fase plankton, Bulu Seribu merupakan makanan empuk karang massive dan ikan-ikan karang seperti Chromis dimidiata. Pada Bulu Seribu muda merupakan santapan Udang Karang (Hymenocera picta), Lobster Panulirus penicillatus, dan ketika dewasa akan diburu oleh jenis cacing Pherecardia striata bersama ikan karang jenisArothon hispidus, dan jenis moluska Charonia tritonis. Hampir 5 – 6 % kematian Bulu Seribu diakibatkan pemangsaan pemangsanya, sedangkan penyebab utamanya adalah penyakit (fase planton dan Bulu Seribu muda).
Gambar 2. Udang Karang (Hymenocera picta), Lobster Panulirus penicillatus, dan kerangCharonia tritonis adalah pemangsa alami Bulu Seribu.
Mengapa Bulu Seribu menjadi wabah?
Dikarenakan daya dukung lingkungan semakin melemah, maka tidaklah heran jika kini populasi Bulu Seribu mengalami ledakkan yang cukup mengkuatirkan. Hal ini menyebabkan kematian terumbu karang di wilayah ekosistem terumbu karang semakin meningkat oleh akibat dari Bulu Seribu tersebut.
Bagaimana cara mengendalikannya?
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan wabah Bulu Seribu, antara lain dengan membunuh hewan ini di tempat dengan cara membelah bagian tubuhnya sekurang-kurang 4 bagian. Ada juga dengan cara diangkat dari perairan dan kemudian dikubur hidup-hidup di pasir. Sedangkan cara ketiga dengan menggunakan cairan cupri sulfat pekat dengan dosis hingga 10 ml/ekor seperti yang pernah dilakukan di Australia ketika Great Barrier Reef mengalami over populasi Bulu Seribu. Tapi di Indonesia sendiri???
Literatur :
Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang (Kerusakkan Karang di Indonesia oleh Suharsono (LIPI-Jakarta).
Gambar 1. Acanthaster planci atau dikenal dengan Crown of Thorns Starfish
Sedangkan tubuh Bulu Seribu sendiri memiliki pewarnaan cukup beragam. Di Indonesia dapat ditemukan Bulu Seribu yang berwarna Biru, Ungu, Hijau, dan Keabuan. Di negara lain seperti Thailand, Bulu Seribu cenderung berwarna Merah dan Abu-abu yang juga sama ditemukan di Australia (The Great Barrier Reef), tetapi berbeda yang ditemukan di Hawaii, Bulu Seribu cenderung berwarna Hijau dan Merah. Walaupun memiliki keragaman warna, namun untuk penamaanya tetap hanya memiliki satu nama, Achantaster planci.
Mengapa Bulu Seribu punya banyak duri?
Bagaimanakah Bulu Seribu berkembang biak?
Pada Bulu Seribu dibedakan menjadi jantan dan betina sehingga tidak dikenal adanya bulu seribu yang hermaprodit. Bulu Seribu betina dewasa yang berbobot 0,5 – 4 kg mampu menghasilkan telur sebanyak 4-6,5 juta telur dengan ukuran mencapai 0,2 mm. Proses kawinnya sendiri terjadi di luar tubuh, yaitu si jantan akan melepas sperma yang berukuran mencapai 0,5 mm di perairan dan juga dikuti oleh si betina dengan telurnya. Banyak ahli berpendapat jika proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh (eksternal) antara Bulu Seribu jantan dan betina dipengaruhi oleh keadaan geografis. Di belahan bumi utara terjadi pada bulan Mei – Juli dan di belahan bumi selatan pada bulan November – Januari. Namun, belum banyak diketahui untuk wilayah Khatulistiwa itu sendiri.
Lalu, bagaimana pertumbuhan Bulu Seribu?
Fase Plankton yang berusia hingga 16 hari dan dikuti metamorfosa.
Fase Pasca Metamorfosa yang merupakan fase terbentuknya Bulu Seribu muda.
Setelah umur 2 tahun, maka Bulu Seribu tersebut telah menjadi induk muda dan siap melakukan perkembangbiakan seperti pendahulunya.
Namun, pertumbuhan Bulu Seribu tak lepas dari faktor lingkungan tempatnya tinggal. Batas toleransi suhu maksimumnya sendiri adalah 33 derajat C dan minimumnya 14 derajat C. Sedangkan kecepatan tumbuhnya secara normal mencapai 26 mm/bulan untuk individu muda yang masih memakan rumput laut (algae), dan akan bertambah cepat ketika Bulu Seribu telah mulai memangsa karang.
Dimanakah Bulu Seribu hidup?
Siapakah musuh alami Bulu Seribu itu?
Walaupun hampir tidak memiliki pemangsa karena kandungan saponin pada duri-duri disekujur tubuhnya, tetapi Bulu Seribu memiliki musuh alami juga. Pada fase plankton, Bulu Seribu merupakan makanan empuk karang massive dan ikan-ikan karang seperti Chromis dimidiata. Pada Bulu Seribu muda merupakan santapan Udang Karang (Hymenocera picta), Lobster Panulirus penicillatus, dan ketika dewasa akan diburu oleh jenis cacing Pherecardia striata bersama ikan karang jenisArothon hispidus, dan jenis moluska Charonia tritonis. Hampir 5 – 6 % kematian Bulu Seribu diakibatkan pemangsaan pemangsanya, sedangkan penyebab utamanya adalah penyakit (fase planton dan Bulu Seribu muda).
Mengapa Bulu Seribu menjadi wabah?
Dikarenakan daya dukung lingkungan semakin melemah, maka tidaklah heran jika kini populasi Bulu Seribu mengalami ledakkan yang cukup mengkuatirkan. Hal ini menyebabkan kematian terumbu karang di wilayah ekosistem terumbu karang semakin meningkat oleh akibat dari Bulu Seribu tersebut.
Bagaimana cara mengendalikannya?
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan wabah Bulu Seribu, antara lain dengan membunuh hewan ini di tempat dengan cara membelah bagian tubuhnya sekurang-kurang 4 bagian. Ada juga dengan cara diangkat dari perairan dan kemudian dikubur hidup-hidup di pasir. Sedangkan cara ketiga dengan menggunakan cairan cupri sulfat pekat dengan dosis hingga 10 ml/ekor seperti yang pernah dilakukan di Australia ketika Great Barrier Reef mengalami over populasi Bulu Seribu. Tapi di Indonesia sendiri???
Literatur :
Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang (Kerusakkan Karang di Indonesia oleh Suharsono (LIPI-Jakarta).
Mengenal lebih dekat Bulu Seribu
Reviewed by Xjoker
on
23.45
Rating:
Tidak ada komentar: